kompasiana

citizen jurnalizm

ilustrasi-perempuan-frustasi-depresi
Berita

Ibunya Terlalu Sering Protes, Siswa SD di Brebes Dikeluarkan

Brebes – Seorang siswi kelas 2 SD di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, terpaksa dikeluarkan dari sekolah hanya karena ibunya berkomentar miring soal keterlambatan ujian di grup WhatsApp para wali murid. Polemik ini pun sampai ke telinga Korwilcam Satpendik Kecamatan Paguyangan yang langsung turun tangan.

Dalam surat keputusan yang dikeluarkan kepala sekolah, disebutkan bahwa siswi berinisial E (8) dikembalikan kepada walinya mulai hari ini, Jumat (7/6).

“Sejak tanggal berlakunya keputusan ini, maka siswa yang bersangkutan dihilangkan hak-haknya selaku siswa SDN (nama sekolah),” demikian tertulis dalam surat keputusan tersebut.

Surat tersebut juga mencantumkan dua poin pertimbangan. Salah satunya menyebut bahwa ibu siswi itu telah berulangkali melakukan tindakan yang dianggap merendahkan institusi sekolah, memprovokasi wali murid lain, dan menentang pelaksanaan program sekolah.

“Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, dapat diadakan perbaikan dan peninjauan kembali sebagaimana mestinya,” tulis kepala sekolah dalam surat yang ditandatangani itu.

Saat dihubungi, ibu siswi berinisial N membenarkan bahwa anaknya dikeluarkan mulai hari ini.

“Ini karena dendam pribadi kepala sekolah ke saya. Gara-gara dulu saya pernah protes masalah vaksin yang tidak ada pemberitahuan ke wali murid. Anak saya divaksin padahal lagi sakit, wajar kalau saya keberatan,” ujar N via telepon, Jumat (7/6/2024).

Selain itu, N juga pernah berkomentar miring tentang keterlambatan ujian akhir tahun di grup WA wali murid. Saat itu, grup sedang membahas tentang sekolah lain yang sudah melaksanakan ujian sementara sekolah anaknya belum.

“Saya komentar di grup wali murid yang tidak ada gurunya. Saya bilang ’embuh lah, pekok dasare’ (tidak tahu lah. Bodoh dasarnya). Eh, ternyata komentar saya diteruskan ke pihak sekolah,” ujar N.

Akibat komentar tersebut, pagi tadi N dan anaknya dipanggil kepala sekolah.

“Kami dipanggil dan dimarahi. Kepala sekolah marah dan mengatakan anak saya akan dikeluarkan hari ini juga. Saya sudah minta maaf dan mohon agar anak saya diberi kesempatan untuk ujian dan pindah setelahnya, tapi ditolak,” ucap N.

“Saya bilang ini kesalahan saya, minta maaf. Anak saya jangan dibawa-bawa. Biarkan anak saya ikut ujian. Selama di sekolah, anak saya tidak pernah melakukan kesalahan fatal, jadi saya mohon anak saya jangan dikeluarkan,” lanjutnya.

Setelah pertemuan itu, N diminta menunggu di luar. Kepala sekolah mengatakan surat pemecatan anaknya sedang diproses dan langsung ditandatangani.

“Kepala sekolah bilang, kamu besok sudah tidak sekolah di sini. Seneng kan kamu sudah tidak sekolah di sini. Anak saya cuma bisa nangis. Makanya ibu-ibu yang di luar ikut nangis saat lihat E bawa tas keluar,” kata N.

Kami menghubungi wali kelas E untuk konfirmasi, namun yang menjawab adalah Korwilcam Satpendik Kecamatan Paguyangan, Ahmad Jawawi.

“Memang benar siswi dikeluarkan, ini karena ada miskomunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah. Orang tua murid dianggap mengeluarkan kalimat kasar,” kata Ahmad Jawawi, Jumat (7/6).

Ahmad mengatakan, pihaknya akan mempertemukan pihak sekolah dengan orang tua E untuk mencari solusi terbaik.

“Besok akan ada pertemuan untuk mencari solusi yang baik, supaya tidak ada anak putus sekolah,” ujar Ahmad.