Solo – Karnaval budaya Grebeg Sudiro 2024 tetap berlangsung meriah di kawasan Pasar Gede, meski hujan turun pada sore hari. Guyuran hujan tidak menghalangi antusiasme warga dan peserta yang ikut dalam karnaval tersebut.
Pantauan detikJateng di lokasi, karnaval budaya Grebeg Sudiro dimulai pada pukul 13.50 WIB. Acara dibuka dengan penampilan liong Tripusaka dan wushu Sasana Thian En yang memukau. Meskipun hujan mengguyur, panggung Grebeg Sudiro di tugu jam Pasar Gede tetap dipadati oleh masyarakat Kota Solo yang antusias menonton, dilengkapi dengan jas hujan maupun payung.
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, dan memberikan sambutan, suara tabuhan tambur dan lepasnya burung-burung menandakan dimulainya karnaval budaya Grebeg Sudiro. Para peserta yang membawa jodang berjalan mengelilingi wilayah Sudiroprajan di tengah guyuran hujan, dipimpin oleh jodang Burung Garuda raksasa.
Asthywiana Swastiyani Leo, Lurah Sudiroprajan, menyampaikan bahwa ada 52 peserta dari berbagai komunitas seni dan kelurahan di Kota Solo. Bahkan, atraksi seni dari luar Solo, seperti Boyolali dan Semarang, juga turut meramaikan acara.
“Dari komunitas Solo dan Solo Raya, bahkan dari luar pulau Jawa, semuanya ada. Ada 52 penampil, termasuk dari komunitas Solo dan Solo Raya, dan paguyuban kesenian dari luar pulau Jawa,” kata Asthy kepada detikJateng di acara Grebeg Sudiro, Minggu (4/2/2024).
Leo menjelaskan bahwa atraksi seni dan jodang berisi makanan khas Sudiroprajan dan hasil bumi dikirab serta dibagikan kepada warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah yang diterima Kelurahan Sudiroprajan selama setahun terakhir.
“Grebeg Sudiro ke depannya diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat Sudiroprajan, masyarakat kota Surakarta, bahkan secara luas untuk Indonesia,” ucapnya.
Penampilan barongsai dari tim Tripusaka, Macan Putih, dan Budi Darma turut memeriahkan Grebeg Sudiro. Pihak pemerintah hadir memberikan angpao kepada para pemain barongsai. Tak ketinggalan, ada atraksi dari Prajurit Bregada.
Setelah 52 peserta mengelilingi wilayah Sudiroprajan, jodang-jodang dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Meskipun harus berdesakan di tengah gerimis hujan, mereka dengan rela menerima berbagai jenis makanan, termasuk sayuran, jajanan pasar, hingga kue keranjang.
Yanuar Sri Haryanto, Ketua 3 Grebeg Sudiro, menyebutkan bahwa sekitar 4.000 kue keranjang dibagikan pada sore hari tersebut. “Kita memulai dari Pasar Gede, keliling melewati rute yang telah ditentukan, kemudian kembali ke Pasar Gede. Kemudian ada prosesi perebutan kuliner khas Sudiroprajan dan perebutan kue keranjang dari panitia. Sekitar 4.000 kue keranjang akan kami sebarkan untuk pengunjung karnaval Grebeg Sudiro tahun 2024,” ungkapnya.
Kue keranjang dan masyarakat yang mengenakan baju adat Tionghoa mencerminkan akulturasi budaya Jawa dan China di Kelurahan Sudiroprajan. Jodang utama dalam Grebeg Sudiro 2024 tahun ini adalah monumen Slamet Riyadi yang dikelilingi oleh bus Werkudara dan Kereta Api Uap Jaladara.
Yanuar menjelaskan bahwa pemilihan monumen Slamet Riyadi sebagai jodang tidak hanya karena beliau merupakan pahlawan dari Kota Solo, tetapi juga sebagai simbol bersejarah bagi Kota Bengawan.
“Slamet Riyadi menjadi ikon kota Solo yang sering digunakan untuk area publik. Bukan hanya untuk kegiatan kuliner dan seni, tetapi juga sebagai tempat menyampaikan aspirasi kepada pemerintah,” tambahnya.
Acara Grebeg Sudiro berakhir sekitar pukul 16.00 WIB setelah perebutan jodang oleh masyarakat yang hadir. Mayoritas dari mereka pulang membawa jajanan pasar, kue keranjang, dan hasil bumi seperti sayuran. Salah satunya, Ika (35), warga asli Sudiroprajan yang berhasil membawa pulang 10 kue keranjang.
“Tadi datang di tengah-tengah acara, karena hujan, terus anak ngajak ke sini. Nah, ini dapat kue keranjang 10,” kata Ika kepada detikJateng setelah Grebeg Sudiro.
Ika mengaku selalu menantikan kegiatan rutin tahunan Grebeg Sudiro. Ia berharap acara ini terus dapat digelar dengan lebih baik di tahun-tahun mendatang.